Selasa, 26 Juli 2011

Logam Timbal (Pb)

Timbal adalah logam abu-abu kebiruan, dalam susunan berkala terletak pada golongan IV A, bersama-sama dengan karbon, silikon, germanium, dan timah. Logam Pb tersebar lebih luas dibandingkan kebanyakan logam lain, kadarnya dalam lingkungan meningkat karena berbagai penggunaan dalam industri, misalnya industri baterai, logam Pb digunakan sebagai Grid yang merupakan alloy ( persenyawaan) dengan logam bismuth (Pb-Si) dengan perbandingan 93 :7. Sifat-sifat khusus logam Pb, yaitu : a) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah b) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating c) Mempunyai titik lebur yang rendah, 327,5ÂșC d) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa kecuali emas dan merkuri e) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik Timbal dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila di campur dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus dari pada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain. Logam Pb dapat masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, makanan dan minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut tubuh akan mengeluarkan sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut. Adanya timbal dalam peredaran darah dan dalam otak mengakibatkan berbagai gangguan fungsi jaringan dan metabolisme. Gangguan mulai dari sintesis haemoglobin darah, gangguan pada ginjal, sistem reproduksi (Anonim, 2000). Logam Pb dalam persenyawaan dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak-anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang menggunakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya yaitu menjadikan sungai dan alur-alurnya tercemar (Palar, 1994). Timbal adalah racun bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat global. Penyebab terjadinya keracunan timbal bersifat lokal, bervariasi dalam komunitas dan negara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Keracunan Pb pada orang dewasa di tandai dengan gejala seperti pucat, sakit, dan kelumpuhan. Bila pada keracunan kronik, awalnya tidak menyebabkan gangguan kesehatan yang tampak, tetapi semakin lama efek toksik itu menumpuk hingga akhirnya terjadi gejala keracunan. Keracunan timbal kronik di tandai dengan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur. Sedangkan keracunan akut dapat terjadi bila timbal yang masuk ke dalam tubuh seseorang lewat makanan atau menghirup uap timbal dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian. Pada perempuan yang sedang hamil, timbal yang tertimbun dalam tulang akan masuk ke janin dan asupan timbal dapat menyebabkan keguguran. Kadar timbal dalam ASI (air susu ibu) dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di kota-kota jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ASI dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di pedesaan. Yakni masing-masing 1-30 mikrogram per kilogram dan 1-2 mikrogram per kilogram (Anonim, 2000). Dalam jangka yang lama Pb terakumulasi pada gigi, gusi dan tulang. Jika konsentrasi Pb meningkat, akan terjadi anemia dan kerusakan fungsi otak serta kegagalan fungsi ginjal (Guthrie and Perrry, 1980).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar